Puisi: Kakek Tuna Rungu
Cahunsoedcom/Wadhhah Afifah |
Kakek Tuna Rungu
Oleh: Rizki Ramdhani Citamaningsih
Tidakkah belas kasih mengerubungimu, Tuan?
Riuh pikuk terlihat di pertigaan
Langkah tanpa alas kakek renta itu
Oligarki kian menggelora
Nepotisme pun merajalela
Gempita laut hitam menatapku dengan hampa
Jaguar menerkam tulang rusuk kakek itu
Ah menyedihkannya
Narapidana itu menebusnya dengan uang
Gelagat dungu ia lontarkan
Akal bulus jaguar tak terbantahkan
Narasi pun tak mampu berbicara pada kakek yang membisu
Halai-balai sudah dirinya kini
Ah enaknya menjadi kaum berdasi
Nadi dalam dirinya bisa berdansa gembira, ya?
Cacah jiwa meraung kelaparan kian melonjak
Uang itu tak pernah singgah di kantong kami
Rasanya, apakah dunia memang bisa berputar?
Kemiskinan, kesengsaraan, berikan aku kesetaraan itu!
Akulah si kakek renta
Naif bila aku tidak iri kepada mereka
Muda-mudi keturunanku tidak lagi sumringah
Alangkah tumpul hukum untuk kaum oligarki
Semakin ke bawah semakin runcing hukum bagi kami
Arogansi kekuasaan terus menjulang tinggi
Dengan menyuap anaknya agar setara dengannya
Egois sekali kaum-kaum kemenangan
Payung kemunafikan menjadi kebiasaan
Ah lupa, aku hanya seonggok nyawa
Netranya tersorot harapan yang nyata
Kadar realita tak sesuai dengan data
Akulah kakek renta itu
Mungkin nadir takdir yang harus aku raih
Inginku dapatkan kesetaraan itu, sebelum jasadku mengering
Posting Komentar untuk "Puisi: Kakek Tuna Rungu"