Dana KKN Tak Mencukupi, Mahasiswa Kuras Kantong Sendiri
Cahunsoedcom/Nurul Fattimah |
Kuliah Kerja
Nyata (KKN) merupakan kegiatan intra semester yang diikuti oleh mahasiswa untuk
berperan dalam kegiatan pengabdian masyarakat. Universitas Jenderal Soedirman
(Unsoed) turut andil dalam pelaksanaan KKN pada periode Januari-Februari 2023.
Program ini diikuti oleh 619 mahasiswa yang tersebar di empat kabupaten, yakni
Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan
Kabupaten Pemalang.
Berdasarkan
wawancara dengan Supartoto dari Pusat Pengembangan KKN Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unsoed pada Rabu (18/01), dijelaskan anggaran LPPM
untuk KKN sebesar Rp1,6 miliar. “Keseluruhan anggaran LPPM itu Rp1,6 miliar
untuk satu tahun KKN mahasiswa, jadi rata-rata Rp400.000 untuk biaya mahasiswa
dalam penyelenggaraan KKN. Tetapi anggaran berubah-ubah, yang mengetahui
atasan. Yang saya tahu total Rp1,6 miliar itu dibagi berdasarkan jumlah
mahasiswa dalam 1 tahun,” ungkapnya.
Berangkat dari hal tersebut, muncul permasalahan dalam pelaksanaannya, yaitu berkurangnya jumlah anggaran untuk program kerja. Herlis Pujiasih, mahasiswa Sosiologi angkatan 2020 merasa terkejut karena awalnya dijanjikan dana program kerja Rp500.000 dalam bentuk uang tunai tiba-tiba menjadi Rp200.000 saja. “Aku cukup terkejut, waktu pembekalan materi KKN dijelaskan bahwa LPPM menjanjikan dana Proker (Program Kerja) itu Rp1 juta, yang Rp500.000 dalam bentuk barang dan Rp500.000 lainnya cash. Tapi saat pelepasan, Kormades (Koordinator Mahasiswa Desa) dapat amplop isinya Rp200.000. Katanya embernya mahal jadi buat barang habis Rp800.000.”
Sumber: Cahunsoedcom |
Anggaran yang berubah dilakukan oleh LPPM Unsoed karena harga ember yang lebih mahal. “Jadi mengapa anggaran berubah, karena target kita 10 ember dengan prediksi harga Rp24.500 tetapi ternyata setelah beli sesuai standar teknis yang kita mau yaitu diameter 50 cm, harganya Rp58.500. Jadi jumlah uang yang diterima berkurang karena harga embernya lebih mahal,” terang Supartoto terkait alasan perubahan anggaran.
Perubahan
anggaran tanpa adanya pemberitahuan membuat mahasiswa bertanya-tanya.
Rasendriya Bisma, mahasiswa Akuntansi Internasional angkatan 2019 mengatakan
tidak diberikan rincian anggaran dari barang yang diberikan. “Setahu aku nggak dikasih transparansi rincian
anggaran barangnya. Seharusnya dari pihak LPPM yang upload rincian anggarannya karena setahu aku di website nggak tertera rincian
anggarannya,” ungkapnya.
Jumlah
anggaran yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan tentu membuat mahasiswa
harus menguras kantong sendiri agar proker bisa terus berjalan. “Di kelompokku
ada 9 orang, per orang bayar Rp600.000 untuk tambahan dana proker dan makan.
Dana dari LPPM benar-benar kurang, justru
hampir full dicover dari iuran anggota, itu juga di luar dari bayar posko dan
lainnya serta kebutuhan pribadi di luar dari iuran itu,” ungkap Bisma.
Diketahui bahwa LPPM Unsoed memberikan 10 ember, 40 planter bag, 15 polybag, dan 40 masker dengan total Rp800.000 sehingga uang tersisa Rp200.000. Dana yang diberikan tidak sepenuhnya uang tunai karena pihak LPPM merasa mahasiswa sudah tidak bisa dipercaya. “Kita ingin mahasiswa meninggalkan sesuatu di desa, jangan hanya konsumsi yang tidak bisa ditinjau. Kemarin diberikan dalam bentuk uang programnya tidak diwujudkan, hanya untuk sewa posko dan suguhan penyuluhan. Padahal maksudnya kegiatan mahasiswa untuk beli material, jadi kita sudah tidak percaya lagi,” ungkap Supartoto.
Mahasiswa
berharap pada KKN selanjutnya terdapat persiapan yang lebih matang dan transparansi
dari pihak LPPM Unsoed. “Untuk kedepannya, harapannya pihak LPPM lebih
mempertimbangkan terkait berapa dana yang kiranya cukup untuk membantu proker
yang memang harus dijalankan selama kegiatan KKN,” ucap Herlis.
Reporter: Nurul Fattimah, Hafidha Trinur Ilmi, Fadhila Salma Arzetti, Dewi Sri Rahayu
Penulis: Fadhila Salma Arzetti
Editor: Dewi Sri Rahayu
Posting Komentar untuk "Dana KKN Tak Mencukupi, Mahasiswa Kuras Kantong Sendiri"