Negeri Suatempa, Tentang Pembatasan Bersuara
Salah satu adegan Amerta sedang berbincang dengan Utala. (Cahunsoedcom/Fauzi Akmal) |
Purwokerto,
Cahunsoed.com - Jumat (19/5), Pementasan
Teater SiAnak yang berjudul Negeri Suatempa menceritakan tentang seorang pemuda
bungkuk bernama Amerta yang berjuang menentang kekuasaan dari Darma sang penguasa.
“Pementasan ini berawal dari banyaknnya birokrat yang mematahkah aspirasi,” kata
Dini Wicaksani dalam pementasan ke 37 SiAnak di Aula FISIP Unsoed pada Kamis
(18/5) kemarin.
Negeri
Suatempa yang berarti sua yang ditempa atau suara yang ditempa didasari karena
kekhawatiran akan maraknya kasus pembungkaman suara yang marak terjadi pada
saat ini. Seperti salah satunya permasalahan Peraturan Rektor tentang kegiatan
mahasiswa. Dini menambahkan hal tersebut termasuk membatasi ruang gerak
organisasi.
“Pementasan
ini merupakan salah satu sentilan sebagai wujud kita juga menolak peraturan
itu,” kata Dini yang sekaligus sutradara
pementasan.
Penampilan
teater SiAnak pun mendapat apresiasi yang positif dari para penonton, salah
satunya Fauzi Nugraha dari teater timbang.
“Nilai-nilai
dalam ceritanya mengandung kritik yang bagus, menyentil kita juga sebagai
mahasiswa kalo jangan takut bersuara,” kata Fauzi.
Pementasan
ini merupakan pementasan pertama, yang kemudian serangkaian pementasan akan
dilaksanakan di Universitas Siliwangi, Tasikmalaya pada tanggal 20 Mei 2017,
dan diakhiri pada tanggal 22 Mei 2017 di Universitas Pancasakti, Tegal.
(MG-Zainal Abidin/ MG-Arfiah Ramadhanti/MG-Hendrawan Ilham)
Editor:
Triana Widyawati
Posting Komentar untuk "Negeri Suatempa, Tentang Pembatasan Bersuara"