Dianggap Komunis, Pemutaran Film di FFP 2016 Dihentikan
Aliansi Pemuda Cinta Pancasila Purbalingga, diwakili Heri W. menyatakan penolakan atas pemutaran Film Pulau Buru,Tanah Air Beta. Foto: Candra Darmawan |
Purbalingga –
Cahunsoed.com, Sabtu (28/5), Pemutaran film di
Festival Film Purbalingga 2016 dihentikan karena dianggap membawa pengaruh PKI, pada Jum’at (27/5) siang. Pemutaran
dihentikan oleh pihak kepolisian karena desakan ormas yang tidak setuju dengan
film berjudul “Pulau Buru Tanah Air Beta” karya Rahung Nasution. Film yang
bernuansa sejarah ‘65 ini dianggap membawa paham komunisme ke masyarakat
Purbalingga. Salah satu anggota ormas, Heri W. tidak setuju dengan
pengangkatan isu komunisme. “Kami tidak setuju dengan film yang mengangkat isu
komunis dan mengatakan bahwa komunisme itu benar,” katanya.
Dia juga mengatakan, mendukung para pelajar untuk membuat karya
dalam bentuk film, namun tidak perlu mengangkat paham komunisme. “Pelajar boleh
saja membuat film mengenai sejarah, tetapi yang sesuai dengan Pancasila dan
NKRI” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Program Festival Film Purbalingga,
Dimas Jayasrana, memaparkan alasan diputarnya Film Pulau Buru karena ingin mengapresiasi
karya sejarah. “Padahal ini bagus, film karya anak lokal tentang sejarah,” katanya.
Direktur Festival Film Purbalingga 2016, Bowo Leksono
mengatakan walaupun ada penghentian, namun akan terus berusaha memutar Film Pulau
Buru di lain kesempatan. “Karena mengapresiasi sebuah film adalah sebuah
kebebasan” ujarnya.
Bowo menambahkan dalam pemutaran film juga dibuka ruang
diskusi yang seharusnya digunakan untuk saling bertukar pikiran antara penonton
dan pembuat serta pemutar film.
Dua film bernuansa
’65 lainya karya pelajar yang tetap diputar yakni “Kami Hanya Menjalankan Perintah Jendral” karya Ilman
Nafa’i dan “Izinkan Aku Menikahinya”
karya Raeza Raenaldy Sutrimo.
Tak Hanya Pulau Buru, Film
Ilman pun Sempat Dicurigai PKI
Sutradara Film Kami Hanya Menjalani Perintah Jendral, Ilman Nafa'i (Tengah) dan Izinkan Aku Menikahinya, Raeza Raenaldy Sutrimo (Kanan), menjelaskan mengenai film mereka. Foto: Candra Darmawan |
Seperti Film
Pulau Buru, film dokumenter berjudul “Kami Hanya Menjalankan Perintah Jendral” yang disutradarai
oleh Ilman Nafa’i pun pernah dicurigai PKI. Alhasil ia pernah didatangi
Kodim disekolahnya. “Padahal aku cuma ingin bikin film tentang sejarah, nggak
ngerti-ngerti banget soal PKI-PKIan.” jelas Ilman.
Pihak
sekolah pun memberikan respon negaif dengan menolak proposal yang diajukan oleh
Ilman untuk pembuatan film. “Pihak sekolah menolak proposal saya katanya
filmnya ‘sensitif’, jadi saya bergabung bersama CLC,” jelas Ilman.
Direktur Program
Festival Film Purbalingga, Dimas Jayasrana, dalam konferensi pers pun berharap
jika anak muda yang membuat film berisi kritikan terhadap pemerintah, tidak
mendapatkan intimidasi. Alasanya, masyarakat berhak untuk berpendapat termasuk
para pemuda melalui filmnya. “Toh kritikan yang diberikan untuk kebaikan
bersama,” katanya. (Muhammad Rijal/ Fita
Nofiana)
Ed: Triana Widyawati/ Riska Yulyana D
Posting Komentar untuk "Dianggap Komunis, Pemutaran Film di FFP 2016 Dihentikan"