Rektor Mendatang Dituntut Selesaikan Warisan Permasalahan
"Pemimpin
Silih Berganti, Warisan Masalah Menjadi Pekerjaan Rumah Rektor Nanti"
Reporter:
Fildzha Rani, Hendrawan Ilham, Galang Kris Nanda, Supriyatin
Universitas Jenderal Soedirman (Cahunsoedcom/Supriyatin) |
Purwokerto – Cahunsoed.com, Rabu (24/1), Proses
Pemilihan Rektor (Pilrek) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) periode 2018-2022 memasuki tahap pendaftaran bakal calon rektor. Beberapa harapan datang, untuk Rektor
Unsoed terpilih pada April mendatang.
Akreditasi Unsoed Terus
Menurun
Berdasarkan data Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi (Kemenristekdikti), pemeringkatan Unsoed mengalami penurunan yang signifikan
dari tahun 2015-2017.
Peringkat umum pada tahun 2015 yang sempat menduduki 16 besar turun menjadi peringkat 25. Bahkan pada tahun 2016 peringkat Unsoed terjun bebas dari peringkat 16 jatuh ke 30.
Poin di bidang kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) juga mengalami penurunan, dari 3.34 ke 3.15. Serta poin Penelitian dan Publikasi, menurun dari 1.6 ke 1.45. Minimnya dana kemahasiswaan tanpa ada dukungan maksimal dari pihak kampus pun berimbas pada kegiatan mahasiswa yang mengalami penurunan dari 0.5 ke 0.22.
Peringkat umum pada tahun 2015 yang sempat menduduki 16 besar turun menjadi peringkat 25. Bahkan pada tahun 2016 peringkat Unsoed terjun bebas dari peringkat 16 jatuh ke 30.
Poin di bidang kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) juga mengalami penurunan, dari 3.34 ke 3.15. Serta poin Penelitian dan Publikasi, menurun dari 1.6 ke 1.45. Minimnya dana kemahasiswaan tanpa ada dukungan maksimal dari pihak kampus pun berimbas pada kegiatan mahasiswa yang mengalami penurunan dari 0.5 ke 0.22.
Unit BLU yang Bermasalah
Dosen Pertanian Unsoed yang juga menjabat Ketua LPPM, Suwarto, mengatakan pekerjaan rumah yang mendasar seperti
Badan Layanan Umum (BLU) belum dikelola dengan baik.
“Di situ tantangannya,
gimana meningkatkan kualitas proses
pembelajaran Unsoed ditengah keterbatasan anggaran belanja,” katanya saat
ditemui di ruang kerjanya, kantor LPPM Unsoed.
Beberapa masalah manajemen pengurusan unit BLU, seperti Jalan
Gor Soesilo Soedarman (Gor SoeSoe) yang masih rusak (baca
juga: Jalan GOR Soe Soe Rusak Parah, UNSOED Tidak Punya Duit) dan manajemen Unit Pelaksanaan Teknis Bahasa yang sempat diprotes
mahasiswa (baca
juga: Pimpinan Universitas Tak Mau Audiensi, Mahasiswa Bertahan di Rektorat).
Lab Terpadu FEB Unsoed (Cahunsoedcom/Fauzi Akmal Dhiatama) |
Harapan datang dari Mahasiswa Fakultas Hukum
Unsoed 2013, Rizky B Aritonang, meminta agar rektor nanti serius dalam mengkaji
Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan bisa demokratis kepemimpinannya.
“Peninjauan sistem UKT harus benar-benar detail penghitungan Unit Costnya (UC) dan melibatkan mahasiswa juga,” katanya saat ditemui di pelataran Gedung Yustisia 3.
“Peninjauan sistem UKT harus benar-benar detail penghitungan Unit Costnya (UC) dan melibatkan mahasiswa juga,” katanya saat ditemui di pelataran Gedung Yustisia 3.
Harapan lain juga datang dari Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Unsoed 2014, SAM Yunandaru Gagah
Raka Dewangga, menuntut
agar Rektor Unsoed memperjelas gedung Laboratorium FEB Unsoed
tujuh lantai yang
hingga saat ini tidak digunakan. “Gedung yang mangkrak
itu diperjelas lah, biar bisa dipake sesuai fungsinya,” katanya.
Salah satu Dosen Pertanian, Totok Agung Dwi Haryanto
mengiyakan permasalahan di atas. “Buktinya di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta, akreditasi PTN yang paling rendah itu Unsoed,” kata Totok.
Ia juga mengatakan publikasi internasional tergolong rendah,
lantaran manajemen publikasi masih belum dikelola dengan baik. Sehingga
berimbas pada kualitas SDM yang masih kalah jauh jika ingin bersaing dikancah
internasional.
Melihat permasalahan Unsoed yang kompleks, Totok mengatakan diperlukan
pemimpin yang
bisa mewakili seluruh komponen kampus dan memiliki wawasan luas.
“Tidak bisa pimpinan itu sektarian atau mewakili suatu kelompok dan ideologi tertentu saja. Spirit rektor sekarang harusnya dari guru besar,” kata Totok yang kini menjabat Direktur Program Pascasarjana sekaligus Guru Besar Fakultas Pertanian Unsoed.
“Tidak bisa pimpinan itu sektarian atau mewakili suatu kelompok dan ideologi tertentu saja. Spirit rektor sekarang harusnya dari guru besar,” kata Totok yang kini menjabat Direktur Program Pascasarjana sekaligus Guru Besar Fakultas Pertanian Unsoed.
Melihat Unsoed yang mengalami
penurunan pemeringkatan dari tahun ke tahun, perlu diperhatikan manajeman dan
kualitas sumber daya manusianya.
“Mulai dari rekrutmen SDM saja ada aturan yang dilanggar, itu harus dibenahi. SDM dalam bekerja juga harusnya karena motivasi, bukan uang,” kata Loekas Soesanto, Dosen sekaligus Guru Besar Fakultas Pertanian Unsoed.
“Mulai dari rekrutmen SDM saja ada aturan yang dilanggar, itu harus dibenahi. SDM dalam bekerja juga harusnya karena motivasi, bukan uang,” kata Loekas Soesanto, Dosen sekaligus Guru Besar Fakultas Pertanian Unsoed.
Ia juga menambahkan, sangat
dibutuhkan pemimpin yang jujur, memiliki komitmen dalam meningkatkan kondisi
Unsoed ke depannya, memiliki wawasan yang luas dan bisa menjalin kerjasama
dengan Perguruan Tinggi lain bahkan hingga tingkat Internasional. (Galang Kris
Nanda)
Editor: Supriyatin
Semoga Unsoed dapat kembali bangkit dan berdiri tegak...
BalasHapusgw setuju. malu lah masa iya punya rektor tapi belum profesor
BalasHapus