SULUH: Alat Distance Learning Mangkrak
SULUH EDISI I/Januari 2015
Laporan Khusus
Oleh:
Penny Pitri Nurmalasari
Alat-alat itu punya
nilai kegunaan, bukan hanya pajangan
Tidak
ada aktivitas apapun di ruangan itu. Baik perkuliahan ataupun pembelajaran
jarak jauh. “Gak pernah ada kuliah jarak jauh disana, itu kan ruang seminar,”
kata Cici Suciani, mahasiswa Peternakan 2012. Dipojokan Ruang Seminar 2
Fakultas Peternakan itu berdiri sebuah layar tipis (LCD) besar mirip televisi
berukuran 55 inci.
Sedianya
alat itu digunakan untuk kegiatan belajar jarak jauh (distance learning).
Tetapi setelah dua tahun berjalan, alat itu tidak pernah digunakan. Jangankan
digunakan, segelnya saja belum dibuka. Tim Suluh harus membuka penutup plastik
berwarna hitam untuk melihat layar besar itu secara jelas. Kondisinya pun
memprihatinkan, berdebu dan tidak tertata.
“Itu
barang yang kami terima tahun 2012 untuk program distance learning,” kata Puji
Lestari, Kepala Subbag Umum dan Perlengkapan, Fakultas Peternakan Unsoed. Tahun
2012, universitas melakukan pendistribusian barang berupa paket distance
learning ke setiap Fakultas dan laboratorium ilmu komunikasi. Fakultas pun
sempat kaget menerima alat itu.
Mereka
tidak tahu apa fungsi dan cara pengoperasiannya. “Bagaimana mau mengoperasikan.
Orang kita tidak pernah punya rencana untuk meminta alat itu kok,” kata Puji. Kondisi
itu diperparah kala penggunaan perdana alat-alat distance learning dihadapan
dosen dan pejabat Unsoed dua tahun lalu. “Saat digunakan pertama kali alat itu
sudah rusak,” kata Puji. Kerusakan alat pun tidak hanya dialami oleh fakultas
peternakan. Kejadian serupa terjadi di FISIP. “Waktu pertama kali digunakan,
alatnya mati-nyala terus, kayanya emang sudah rusak loh mas,” kata Pembantu
Dekan II FISIP, Waluyo Handoko.
Waluyo
juga mengatakan bila ia tidak tahu persis terkait pengadaan alat-alat itu,
fakultas tidak pernah dilibatkan dalam rencana program distance learning. “Kita
hanya menerima saja,” kata Waluyo. Kondisi di FISIP pun tak jauh beda dengan
kondisi fakultas peternakan.
Sudah
dua tahun alat-alat yang disimpan di Ruang 1 dan Ruang Sum B itu tidak pernah
digunakan. Wahyudi mahasiswa Ilmu Komunikasi 2012 mengatakan dirinya tahu ada
alat-alat semacam layar besar di Ruang 1 dan Sum B. Namun ia tidak tahu apa
fungsi dari alat-alat itu. “Sejak saya masuk sampai sekarang, belum pernah ada
pengenalan ataupun penggunaan alat-alat itu,” kata Wahyudi
Tidak
berfungsinya alat-alat itu sontak menuai banyak pertanyaan terkait nilai guna
barang tersebut. Sukarso, satu-satunya orang di FISIP yang pernah mengikuti
pelatihan distance learning mengatakan bila pelatihan hanya diadakan satu kali.
Ia juga belum pernah mengoperasikan alat itu.
“Saya
belum menyiapkan materi untuk distance learning karena butuh persiapan, mungkin
tahun depan,” kata Ketua Jurusan Administrasi Negara ini. Saat disinggung
terkait siapa saja yang bisa mengoperasikan alat tersebut, Sukarso tidak tau
banyak, “Saya tidak tau, mungkin Jurusan HI lebih intens dalam penggunaan alat
itu”, katanya.
Ketika
Tim Suluh mencoba memastikan terkait penggunaan alat itu. Kenyataanya mahasiswa
Hubungan Internasional tidak pernah menggunakan. ”Saya pernah dengar distance
learning, tapi belum pernah diperkenalkan, bahkan saya tanya angkatan 2013 saja
mereka belum pernah,” kata Syta Damayanti, mahasiswa Hubungan Internasional
2011.
Universitas
tidak mau tahu dengan kondisi alat-alat itu, meski mereka bergerak sebagai
inisiator pengadaan, tapi mereka melempar tanggungjawabnya kepada fakultas.
“Kita hanya memberikan kepada fakultas,” kata Kepala BAUK, Agus Nugroho.
Terkait
kondisinya kini yang terlantar dan banyak kerusakan Agus Nugroho tidak mau
berkomentar banyak, menurutnya itu adalah tanggungjawab fakultas. “Kita sudah
memberikan, selebihnya itu urusan fakultas, terserah mau diapapin,” katanya.
Sedangkan
fakultas dengan alasan tak paham cara pengoperasian mereka tidak mau
repot-repot mengurusi alat-alat itu, meski alat sudah terlanjur datang. “Saya
harap sih alatnya bisa digunakan, itu kan bermanfaat juga buat mahasiswa dan
proses pembelajaran di Unsoed,” kata Angga Giri Yoliandika, mahasiswa D3
Akuntansi 2013.
Saling
lempar tanggungjawab membuat kegunaan alat yang menyedot dana negara sampai 20
Milyar itu semakin kelam. Sampai hari ini, tak ada kejelasan pasti sampai kapan
alat itu akan digunakan, atau tetap biarkan sebagai pajangan.
(Laporan Utama: Proyek Hening Distance Learning)
(Laporan Utama: Proyek Hening Distance Learning)
Posting Komentar untuk "SULUH: Alat Distance Learning Mangkrak"